Rabu, 19 Agustus 2015

KISAH CINTAMU RUMIT ? COBA BANDING KAN DENGAN KISAH CINTA NABI YUSUF




Bismillah... Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu 'ala Rosulillah wa 'ala Alihi wa Ashabihi Ajma'in. Amma ba'du.

Berbicara mengenai kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam, maka tidak melulu soal pemalsuan kematian Yusuf yang direkayasa oleh 11 saudara-saudara, atau soal tuduhan Yusuf yang mencuri sabuk kenabian kakeknya, Nabi Ishak 'alaihissalam, bukan juga soal akhir kisah bahagia kehidupan Yusuf dan keluarganya, tapi juga soal kontroversi pernikahan dan kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha. Lalu apakah benar kisah Nabi Yusuf yang begitu tersohor dan sangat masyhur secara Islam benar adanya?

Saya akan sedikit mengutip syair sekaligus doa sebagian Muslim ketika akan melakukan pernikahan, biasanya mereka memanjatkan doa :



للَّهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَهُمَا بِمَحَبَّتِكَ كَمَا اَلَّفْتَ بَيْنَ آدَمَ وَحَوَّى وَاَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا اَلَّفْتَ بَيْنَ يُوْسُفَ وَزُلَيْخَا وَمُحَمَّدٍ وَخَدِيْجَةِ اْلكُبْرَى وَأَصْلِحْ جَمْعَهُمَا فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَهَبْ لَهُمَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَقُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْهُمَا مِنْ عِبَادِكَ النَّافِعِيْنَ عَلَى دِيْنِكَ وَلِمَصَالِحِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
"Ya Allah, satukan mereka berdua (pengantin laki-laki dan perempuan) dengan cinta-Mu, sebagaimana Engkau satukan antara Nabi Adam dan Hawa. Satukanlah keduanya sebagaimana Engkau satukan Nabi Yusuf dan Zulaikha, Nabi Muhammad dan Khadijah al-Kubro. Baikkanlah penyatuan keduanya di dunia dan akhirat, berikanlah rahmat dan ‘penyejuk mata’ kepada keduanya. Jadikanlah keduanya hamba-Mu yang bermanfaat terhadap agama-Mu dan kemaslahatan orang-orang yang beriman, berkat rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang."
Doa tersebut begitu masyhur dan sering diucapkan sebelum pernikahan, walau sebenarnya tidak memiliki isnad dan matan yang jelas, seperti halnya kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha menurut Isra'iliyat.

Mungkin ada banyak dari sebagian Muslim bertanya, manusia siapakah yang mempunyai kisah cinta yang paling romantis dan menyentuh qolbu?
Ada sebagian mengatakan bahwa kisah cinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sayyidatuna Khadijah al-Kubro radiyallahu 'anha adalah yang paling masyhur.
Tapi ada sebagian Muslim lain berpendapat bahwa kisah cinta Nabi Yusuf bin Yakub 'alaihissalam dan Zulaikha adalah yang paling romantis dan menyentuh qolbu. Benarkah demikian?

Soal kisah cinta nan romantis ala Rasulullah dan Khadijah mungkin tidak perlu lagi di ragukan keshahihannya, karena memang memiliki riwayat yang begitu jelas dan riil. Tapi bagaimana dengan kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha?
Didalam riwayat Islam tidak pernah sedikitpun disebutkan perihal pernikahan Nabi Yusuf dan Zulaikha, karena memang kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha adalah pengkisahan dari Isra'iliyat. Mengapa disebut sebagai kisah Israi'liyat?
Karena memang kisah tersebut bersumber pada awal mula keturunan Nabi Yakub bin Ishak 'alaihissalam, yang akhirnya turun temurun kepada bani Israil secara umum.

Tapi didalam kisah Isra'iliyat tentu tidak serta merta ditolak begitu saja karena, dalam kisah-kisah Isra'iliyat dibagi menjadi 3 klasifikasi :
1. Kisah yang dianggap benar, karena wahyu dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan hadits tersebut.
2. Kisah yang dianggap palsu, karena wahyu dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menolak hadits tersebut.
3. Kisah yang tidak dikenali baik kebenarannya atau kesalahannya.

Sedangkan masalah kasus tersebut tidak pernah tersebutkan dalam Al Qur'anul Karim dan Al Hadits sekalipun.

• Ditinjau dari Perspektif Al Qur'an
Tidak pernah disebutkan sama sekali bahwa istri Al-Aziz (Atau Qiftir) yang termaktub dalam Al Qur'an merujuk kepada Zulaikha.
Kisah soal Nabi Yusuf dan wanita istri dari Qiftir ini dijelaskan didalam Surah Yusuf dari ayat 21 hingga seterusnya.
Sedangkan didalam Al-Qur'an terjemahan dari Departrmen Agama Republik Indonesia, Surah Yusuf pada ayat 31, ada kutipan yang menyebutkan bahwa Istri Qiftir adalah Zulaikha, Zalikha, atau Ra'il. Namu sesungguhnya nama-nama tersebut tidak berdasarkan sesuatu yang kuat sumbernya.

Dalam tafsirnya Tafsir Al Qur'an al-Hakim atau lebih masyhur dengan nama Tafsir al-Manar, Muhammad Rasyid Ridha menjelaskan bahwa Al Qur'an tidak menyebutkan sama sekali nama istri Al-, Aziz bahkan nama Al Aziz itu sendiri.
Sedangkan Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitabnya Qishash Al Anbiya' juga menyebut nama Zulaikha, namun beliau menggunakan istilah ‘qilla’, atau konon.

Maka menurut perspektif Al Qur'an sendiri nama Zulaikha masih ambigu, atau berupa qilla', jadi tidak bisa dicerna secara langsung begitu saja karena nama "Zulaikha" hanya sebagai bentuk jamak untuk memudahkan dalam penyebutan saja.

• Menurut Tarikh
Dalam kitab-kitab tafsir banyak yang menceritakan pernikahan Zulaikha dengan Nabi Yusuf. Imam Ath-Thabari meriwayatkan dari Muhammad bin Ishaq bahwa ketika Nabi Yusuf keluar dari penjara dan menawarkan diri menjadi bendaharawan negara, Raja Mesir saat itu menempatkan Nabi Yusuf di posisi Al Aziz yang membelinya. Al-Aziz pun dicopot dari kedudukannya. Tak berapa lama kemudian, Al Aziz meninggal dunia, dan Raja Mesir menikahkan Nabi Yusuf dengan mantan istri Al Aziz, Ra'il atau Zulaikha.

Kisah yang sama juga diriwayatkan oleh banyak mufassir, diantaranya Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Imam Az Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasysyaf 'an Haqa'iq At Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh At Ta'wil, Imam Fakr Ad Din Ar Razi dalam tafsir Mafatih Al Ghaib, dan lain-lain.

Al Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya juga menceritakan kisah lain namun serupa yang panjang mengenai pernikahan Nabi Yusuf dengan mantan istri Al Aziz, Zulaikha. Namun muhaqqiq tafsirnya, Dr. Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Dr. Muhmud Hamid Utsman menjelaskan bahwa kisah ini sama sekali tidak benar.

Berhadapan dengan riwayat-riwayat tersebut, terdapat perbedaan pendapat antara ulama hadits dengan ulama tarikh (sejarah). Ulama hadits sepakat, riwayat seperti ini dinilai lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah sama sekali. Sebaliknya, ulama tarikh menerima riwayat seperti ini, karena standar periwayatan sejarah (yang tidak ada kaitannya dengan agama) tidak seketat standar periwayatan hadits yang berkaitan dengan agama.

Memang benar, perbedaan mengenai status Zulaikha ini tidak masuk ranah aqidah. Artinya, seseorang tidak dikategorikan sebagai zindiq atau munafiq hanya lantaran meyakini bahwa Zulaikha menikah dengan Nabi Yusuf 'alaihissalam, dan semacamnya.
Bukan bermaksud membesar-besarkan, namun kaum muslimin harus terbiasa bersikap ilmiah dan koprehensif. Dalam artian, segala yang disampaikan haruslah memiliki dasar yang jelas. Hal itu telah disampaikan oleh Allah Subhahu wa Ta'ala dalam surah Al Isra' ayat 36 :





وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚإِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُوا {آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا} الْآيَةَ.
Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma, dia berkata, "Ahlu Kitab membacakan Taurat dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jangan kamu benarkan Ahli Kitab dan jangan pula kamu dustai. Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami." (Shahih Bukhari)
Dari Al-Mughirah radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :



إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka." (Shahih Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar